Friday, November 26, 2010

Pemuda dan Sosialisasi

Posted on 6:35:00 AM by Panji Pangestu

1) Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda Di Masyarakat

Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya.


Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.

 
2) Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda


Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu. Serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.

Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :
  1. Landasan idiil : Pancasila
  2. Landasan konstitusional : UUD 1945
  3. Landasan Strategis : Garis-garis besar haluan negara
  4. Landasan historis : Sumpah pemuda tahun 1928 dan Proklamasi kemerdekaan
  5. Landasan normatif : etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat
sumber: Ebook MKDU ISD Gunadarma

Studi Kasus:
 
Keinginan menghasilkan lulusan terbaik, tentunya menjadi idaman dan tujuan setiap perguruan tinggi. Namun peningkatan mutu lulusan harus pula diikuti dengan manajemen tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance). Manajemen tata kelola perguruan tinggi yang baik ini juga menjadi indikator penting keberhasilan pendidikan nasional.

Saat ini perguruan tinggi tengah dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya mempunyai kemampuan keilmuan (hard skills) yang memadai, tetapi juga diharuskan mempunyai kemampuan kepribadian (soft skills) yang mumpuni. Observasi singkat terhadap dunia kerja menunjukkan perubahan paradigma serapan tenaga kerja. Jika pada tahun 1990-an serapan tenaga kerja oleh perusahaan berorientasi pada tanggible asset saat ini berubah menjadi intanggible asset. Akibat perubahan ini tentunya berdampak pada lulusan perguruan tinggi yang akan memasuki pasar kerja. Maka itu, perubahan orientasi ini wajib diikuti oleh perguruan tinggi.

Orientasi mutu lulusan perguruan tinggi yang selama ini hanya berorientasi pada hard skills kini mulai mengalami perubahan dengan dimasukkannya unsur pengembangan soft skills. Maka itu perubahan paradigma pendidikan yang dulu berfokus pada isi dimana pembelajaran berpusat pada tenaga didik (dosen), sekarang telah bergeser bahwa pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Dengan perubahan orientasi ini, maka tenaga didik hanya akan bertindak sebagai fasilitator dan penekanan pada bagaimana cara menyelesaikan permasalahan.

Mahasiswa yang nantinya akan menjadi lulusan perguruan tinggi dan diserap pasar kerja harus siap dengan orientasi intanggible asset yang bermura pada kemampuan soft skills yang memadai. Perguruan tinggi juga diharapkan menjadi wahana bagi mahasiswa untuk mentransformasikan aneka kecerdasan yang mereka miliki menjadi daya tumbuh dan daya tahan dalam lingkungan kehidupan yang akan mereka hadapi.

Berbicara mengenai pengembangan soft skills di perguruan tinggi sebenarnya bukanlah “barang” baru dalam dunia pendidikan. Di beberapa universitas pengembangan soft skills diterapkan dengan berbagai pendekatan. Misalnya saja program “mahasiswa unggul” atau “pengembangan kewirausahaan mahasiswa”. Di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) sendiri beberapa mata kuliah yang berorientasi pada pengembangan soft skills sebenarnya telah diberikan pada para mahasiswa. Misalnya saja mata kuliah “Kewirausahaan” atau mata kuliah “Studi Kemuhammadiyahan”. Dua contoh mata kuliah ini bertujuan membekali lulusan untuk tidak hanya sekedar mampu menguasai pengetahuan dan teknologi di bidangnya, melainkan juga memiliki soft skills. Dengan pemberian mata kuliah ini, UMSU berharap para lulusannya siap menghadapi pasar tenaga kerja.

Soft skills yang secara ringkas bisa didefinisikan sebagai kepribadian seseorang untuk mengembangkan hubungan-hubungan kemanusiaan mempunyai berbagai aspek. Spencer & Spencer (1993) menyatakan bahwa soft skills memuat beberapa aspek, antara lain: berorientasi pada pencapaian, mempunyai inisiatif, kemampuan memimpin, percaya diri, fleksibel, berorientasi pada pelayanan, kemampuan membangun tim, dan lain sebagainya.

Dari aspek-aspek yang disebutkan Spencer & Spencer diatas, kita melihat bahwa soft skills sangat berorientasi pada pengembangan sisi-sisi kemanusiaan (humanity) dari lulusan perguruan tinggi. Maka itu, komitmen mengembangkan soft skills di perguruan tinggi sejalan dengan Strategi Jangka Panjang pendidikan Tinggi (HELTS) 2003-2010 yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah merumuskan 3 (tiga) kebijakan dasar pengembangan pendidikan tinggi, yaitu daya saing bangsa, otonomi dan desentralisasi, dan kesehatan organisasi.

Untuk pengembangan soft skills ini pula, UMSU pada pekan pertama bulan April 2007 ini telah menyelenggarakan sosialisasi program pengembangan soft skills ini kepada para tenaga didik di lingkungannya. Tujuannya adalah ketika berusaha memperbaiki mutu pendidikan, semua orang harus menyadari bahwa peran dan fungsi tenaga didik sangat menentukan dalam hal ini. Hampir bisa dipastikan, tidak akan ada pendidikan yang bermutu tanpa tenaga didik yang bermutu. Dan UMSU punya komitmen kuat untuk membangun mutu tenaga didik dan lulusan yang bermutu.

Dalam sosialisasi ini makin terlihat bahwa pentingnya segera dilakukan pengembangan soft skills di perguruan tinggi untuk menunjang mutu lulusan perguruan tinggi. Terbangunnya kesadaran untuk mengembangkan softs skills di kalangan para tenaga didik ini tentunya sejalan dengan misi UMSU yang ingin menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian dan pembinaan nilai-nilai hidup Islami serta mengembangan kebebesan berfikir ilmiah yang dijiwai dengan semangat ketauhidan.

Mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa pengembangan soft skills di perguruan tinggi mau tidak mau kini menjadi sebuah keharusan. Dan tentunya semua stakeholders dalam dunia pendidikan harus ikut serta dalam program pengembangan soft skills ini. 

sumber studi kasus: http://komunikasipublik.multiply.com/journal/item/110


OPINI:
Softskill dalam perguruan tinggi juga sangat diperlukan untuk persiapan menuju kerja, daripada hanya hardskill. Selain kita mempraktekan langsung, kita dapat mengetahui didalamnya terdapat apa saja yang kita lakukan. Dan itu akan menjadi pengalaman tersendiri khususnya sebelum kita bekerja.

No Response to "Pemuda dan Sosialisasi"

Leave A Reply